Belajar geografi sudah seharusnya dalam peoses pembelajaran mengunakan metode yang bervariasi, salah satu pembelajaran yang direkomdasikan adalah praktikum. Pada tulisan kali ini, saya akan berbagi tentang pengalaman mendampingi siswa dalam praktikum sistem infomsi geografi (SIG) secara konvensional (manual). Pertimbangan praktikum SIG dilakukan secara manual karena tidak membutuhkan skil khusus dalam pengoperasian software SIG. Praktikum SIG ini bisa dilakukan di sekolah. Selain itu praktikum menggunakan komputer membutuhkan waktu khusus untuk mendampingi siswa. Namun, jika praktikum menggunakan komputer dapat dilakukan dengan terpenuhinya semua subsistem dalam SIG, itu lebih baik.
Praktikum yang dilakukan kali ini mengenai analisi overlay (tumpang susun) dalam SIG. Tujuan dari praktikum ini siswa dapat memahami proses analisis overlay dalam SIG, mampu menganalisis kesesuai lahan, dan mementukan kesesuaian lahan hutan lindung.
Berikut ini alat-alat yang digunakan:
- Kertas kalkir ukuran A4 atau F4
- Spidol 6 warna
- Penggaris
- Peta Tematik (Kemiringan lereng, jenis tanah, penggunaan lahan, curah hujan, dan peta administrasi). Berikut ini pete tematiknya (Print dalam ukuran kertas yang sama misal A4). Bisa gunakan peta-peta berikut:
Langkah-langkah:
- Siswa dibagi menjadi 7 kelompok (menyesuaikan, minimal dalam 1 kelompok ada 5 orang). Tujuan 1 kelompok ada 5 orang yaitu, agar setiap orang membuat peta tematik masing-masing.
- Setiap kelompok dipastikan lengkap alat-alat yang digunakan.
- Buatlah peta tematik dengan menggunakan warna yang berbeda (misal: kemiringan lereng - merah, penggunaan lahan-hijau, jenis tanah-orange, peta administrasi-kuning, dan curah hujan-biru)
- Setelah peta tematik disusun, selanjutnya lihatlah dengan cara overlay (tumang susun) lokasi yang menjadi analisis.
Tahapan Anlalisis:
Setelah siswa membuat tematik, selanjutnya siswa melihat panduan pensekoran dalam analisis kesesuaian lahan hutan lindung. Penentuan keseuaian lahan tidak harus hutan lindung, bisa kesesuain pemukiman, perkebunan, dll. Praktikum yang pernah saya lakukan siswa hanya menentukan keseuaian lahan hutan lindung saja. Berikut ini panduan analisis skor penentu hutan lindung.
Kawasan Lindung
Dalam
SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/Kpts/Um/8/1981 tentang
kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi ada tiga
faktor yang dinilai sebagai penentu kemampuan lahan sebagai suatu kawasan lindung,
yaitu :
1.
Kelerengan lapangan.
2.
Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi.
3. Intensitas hujan
harian rata – rata.
Adapun
Klasifikasi dan nilai skor dari ketiga faktor di atas dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 1
Klasifikasi dan Nilai
Skor Faktor Kelerengan
Kelas
|
Kelerengan (%)
|
Klasifikasi
|
Nilai Skor
|
I
|
0
– 8
|
Datar
|
20
|
II
|
8
– 15
|
Landai
|
40
|
III
|
15
– 25
|
Agak
Curam
|
60
|
IV
|
25
– 40
|
Curam
|
80
|
V
|
>
40
|
Sangat
Curam
|
100
|
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola RLKT Tahun 1994
Tabel 2
Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Jenis Tanah
Kelas
|
Jenis Tanah
|
Klasifikasi
|
Nilai Skor
|
I
|
Aluvial,
Glei, Planosol, Hidromerf, Laterik air tanah
|
Tidak
Peka
|
15
|
II
|
Latosol
|
Kurang
Peka
|
30
|
III
|
Brown
forest, soil, non calcic brown mediteran
|
Agak
Peka
|
45
|
IV
|
Andosol,
Latent, Grumosl, Podso, Podsolic
|
Peka
|
60
|
V
|
Regosol,
Litosol, Organosol, Rensina
|
Sangat
Peka
|
75
|
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola RLKT Tahun 1994.
Kriteria
kawasan lindung yang ditetapkan dalam Keppres No. 32 Tahun 1992 tentang Kawasan
Lindung dapat dilihat pada Gambar briku:
Berdasarkan tabel di atas, bobot skor hutan lindung berada di angka > 175. Maka siswa harus menganalisis lokasi mana yang memiliki skor >175. Untuk menentukan lokasi maka peta-peta tematik yang sudah di buat di overlaykan. Setelah itu, tentukan wilayah yang memiliki skor >175. untuk melihat hasil analisis maka, bualah peta baru dengan judul "Kesesuain lahan" yang dihasilkan dari peta kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan, dan jenis tanah.
Skor di peroleh dari tabel klasifikasi nilai skor kelerengan, jenis tanah,dan curah hujan.
Jika keseuaiqn hutqn lindung skor harus melebihi 170, maka untuk kemiringan lereng >40% = 100, jenis tanah Regosol, Litosol, Organosol, Rensina(sangat peka) = 75. Maka 100+75 = 175. Wilayah yang terarsir antara kemiringan >40% dan jenis tanah sangatvpeka maka layak untuk dijadikan hutan lindung. Selanjutnya lihatlah peta penggunaan lahan.
Apakah sesui dengan lahan yang ada?
Kesesuaiann lahan dapat dilihat dengan merujuk pada peta penggunaan lahan yang ada (sekarang), dan bandingkan dengan peta hasil analisis siswa di sebelah mana seharusnya hutan lindung ada. namun dalam kenyataan (peta penggunaan lahan) ternyata terdapat penggunaan lahan selain hutan lindung. Selanjutnya siswa diminta menganalisis mengapa demikian terjadi.
Berikut ini hasil, praktikum siswa SMAIT As Syifa Boarding School kelas 12 IPS
bagus praktikum nya, siswa antusias mengikut pembelajaran praktikum. Tapi apakah benar itu adalah praktikum SIG? Apa bukan praktikum Kartogafi/Pemetaan?
BalasHapusKalau praktikum SIG biasanya kan di Laboratorium Komputer dengan menggunakan Software/Program GIS seperti ArcView, ArcGIS, MapInfo, dll
Praktikum dengan penerapan analisis SIG. Tujuan siswa sampai mempahami bagaiamam analisis overlay. Lebih baiknya menggunakan bantuan komputer, karena kendala waktu yang terbatas. Sehingga dilakukan secara manual. Adapun pemahaman secara proses kerja, guru hanya mendemontrasikan proses kerja analisis oberlay dalam sig.
HapusLuar Biasa.
BalasHapusPenerapan overlay SIG secara manual.
alternatif pembelajaran yang bisa dilakukan, jika terkendala dengan kemampuan skil komputer
HapusPosting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di smartgeo