Fenomena alam akhir-akhir ini diramaikan dengan kehadiran Dahlia. Siapakah ia? Dahlia adalah nama bunga yang digunakan untuk menamai sebuah siklon tropis yang aktif pada 29 November 2017. Ia hadir tepatnya di perairan barat daya Bengkulu. Dahlia memiliki teman bernama Anggrek, Bakung, dan Cempaka. Ketiga nama bunga tersebut digunakan pula untuk menamai siklon yang aktif di sekitar Indonesia. Anggrek muncul pada 30 Oktober-4 November2004 di perairan Sumatera Barat , Bakung muncul pada 11-13 Desember 2014 di perairan barat daya Sumatera, sedangkan Cempaka muncul pada tanggal 27-29 november 2017 di perairan Jawa Tengah.
Dahlia yang cantik ini memiliki kecepatan berlari hingga 65 km/ jam. Ia berlari dari arah perairan bengkulu menuju ke arah timur hingga pantauan terakhir dari BMKG pada hari Kamis 30 November pukul 13:00 ia berada di Smaudera HIndia tepatnya di selatan barat daya Jakarta dan terus bergerak aktif ke arah timur dengan kecepatan 20 km/jam. Pantauan Dahlia ini bisa di lihat pada situs https://earth.nullschool.net/. Jika hasil pantauan Siklon Dahlia melemah, selanjutnya muncul siklon baru di Jakarta, maka Jakarta akan menamai siklon tersebut dengan mana yang berawal dari huruf "E". Kira-kira apa ya namanya? Edelweis? selanjutnya Flamboyan, dan terus sampai huruf Z.
Penamaan siklon sendiri menurut BMKG diserahkan kepada wilayah yang menjadi batas suatu negara. seperti halnya Anggrek, Bakung, Cempaka dan dahlia, kehadiran mereka di kisaran 0-11 lintang selatan sehigga Indonesia memiliki hak untuk memberikan nama. "Mengapa di ambil dari nama bunga?" BMKG menyampaikan bahwa alasan karena agar terkesan tidak menyeramkan. padahal kehadiran sang Dahlia ini berdampak yang buruk seperti angin yang kuat, banjr, hujan lebat, dan longsor.
Bencana akibat kehadiran Dahlia sangat tergantung dari bagaimana potensi bahaya, kerentanan dan kapasitas dari suatu wilayah baik fisik dan non fisiknya. nah inilah yang akan menjadi ukuran tingkat Resiko. Resiko atau kerugian yang ditimbulkan akibat Dahlia sangat tergantung dari nilai ketiga unsur potensi bahaya, kapasitas, dan kerentanan wilayah. misalnya saja Resiko longsor akan terjadi di Jawa Barat karena karakterstik topografi beragam terutaman sangat berpotesi longsor di kawasan dataran tinggi dipicu pula dengan curah hujan yang tinggi maka akan menjadi potensi bahaya dan kerentanan yang tinggi. Namun resiko longsor di Jawa Barat akan menjadi rendah jika kapasitas baik fisik dan non fisik di tingkatkan, misalnya dengan tetap menjga kawasan tangkapan hujan tetap terlindungi dengan adanya penghijauan. Selain itu edukasi tentang pemahaman mitigasi bencana perlu di tanamkan kepad semua lapisan masyarakat di Jawa Barat.
إرسال تعليق
Terima kasih sudah berkunjung di smartgeo